Senin, 19 November 2012

GELOMBANG ENERGI OTAK

Setelah baca buku Piece Of Mind-nya Sandy MacGregor jadi tertarik juga nih untuk belajar meningkatkan potensi fikiran luar sadar kita. Dikatakan bahwa ternyata hanya 12% dari kapasitas fikiran kita yang sering kita pakai, sedangkan sisanya yang 88% belum banyak orang yang menggunakannya. Wah…wah..wah… begitu rupanya ya?
Bagaimana otak kita bekerja dalam mengolah informasi ya?
Jaringan otak orang hidup menghasilkan gelombang-gelombang listrik yang berfluktuasi. Pada tahun 1929, Hans Berger, orang Jerman, membuat peralatan untuk mencatat dan mengukur gelombang listrik yang terjadi di otak. Alat ini disebut sebagai ElectroEncephaloGraph atau disingkat EEG. Dengan menempelkan sepasang elektrode di kulit kepala, maka dapat diketahui perbedaan tegangan arus lisrik padanya. Apabila di layar monitor electroencephalograph tidak lagi terlihat adanya gelombang, maka orang tersebut secara medis telah mati, meskipun di bagian tubuh lain masih ada gerakan.
Frekwensi gelombang EEG dihitung dengan jumlah cycles per second atau cps (Hertz-Hz). Setiap bunyi “tut” merupakan satu putaran per-detik-nya dan jumlah putaran per-detik itu menunjukkan keadaan gelombang otak sehingga dapat diukur bagaimana keadaan aktivitas otak kita.
Ada empat keadaan gelombang otak yaitu :
1. Delta
2. Theta
3. Alpha
4. Betha
I. Gelombang Delta adalah kondisi orang sedang tidur yang frekwensinya antara 0,5 s.d. 3,5 cps.
Orang tidur pulas tanpa mimpi, otaknya menghasilkan gelombang Delta. Sedangkan orang koma gelombang otaknya hanya 0,5 cps. Tidur rutin untuk manusia, adalah upaya untuk memulihkan kondisi sel-sel tubuhnya termasuk sel otak yang telah bekerja berat seharian. Oleh sebab itu orang sakit perlu banyak tidur beristirahat.
Dalam frekuensi ini otak memproduksi human growth hormone yang baik bagi kesehatan kita. Bila seseorang tidur dalam keadaan delta yang stabil, kualitas tidurnya sangat tinggi. Meski tertidur hanya sebentar, ia akan bangun dengan tubuh tetap merasa segar.
 
II. Gelombang Theta dengan putaran 3,5 s.d. 7 cps, terjadi saat orang bermimpi. Mimpi ditandai dengan gerakan bola mata yang cepat. Perasaan bermimpi yang terasa lama sekali, pada hakekatnya hanya berlangsung dalam hitungan detik. Hal ini karena “ukuran waktu” yang dipakai orang yang bermimpi ialah “waktu” ukuran ruh. Bukankah waktu ribuan tahun di dunia, hanya sekejap saja menurut ukuran akhirat. Para penemu, pencipta musisi bekerja dalam kondisi gelombang Tetha. Dalam frekuensi ini, seseorang akan berada pada kondisi sangat khusyu’, keheningan yang mendalam, deep-meditation, dan “mampu mendengar” nurani luar sadar. Inilah kondisi yang mungkin diraih oleh para ulama dan biksu ketika mereka melantunkan doa di tengah keheningan malam pada Sang Illahi.
 
III. Gelombang Alpha antara 7 s.d. 13 cps.
Terjadi pada kondisi normal orang dewasa bekerja, tanpa dibebani pikiran macam-macam, tanpa target yang berat.
Kewajiban yang terpenting ialah bagaimana melaksanakan tugas-pekerjaan sebaik-baiknya dengan tujuan yang telah ditetapkan disertai niat positif lillahi ta’ala.
Tidak ada pikiran negatif Informasi-informasi yang diserap otak selama ini akan muncul kembali, “diam seribu akal”, dan “jalan lebih baik dari tujuan” itulah patokannya agar otak bekerja dalam gelombang ini. So ketika otak kita berada dalam getaran frekuensi ini, kita akan berada pada posisi khusyu’, relaks, meditatif, nyaman dan ikhlas. Dalam frekuensi ini kerja otak mampu menyebabkan kita merasa nyaman, tenang, dan bahagia.
 
IV. Gelombang Beta antara 13 s.d. 28 cps.
Ketika orang bekerja berat membutuhkan pikiran yang banyak sekali, sehingga gelombang otak juga naik hitungannya.
Banyak hal yang harus dicermati untuk mempertahankan eksistensi manusia dari bahaya lingkungan seperti tentara yang sedang bertempur atau supir yang harus waspada. Dalam frekuensi ini kita tengah berada pada kondisi aktif terjaga, sadar penuh dan didominasi oleh logika. Inilah kondisi normal yang kita alami sehari-hari ketika sedang terjaga (tidak tidur). Kita berada pada frekuensi ini ketika kita bekerja, berkonsentrasi, berbicara, berpikir tentang masalah yang kita hadapi, dll. Dalam frekuensi ini kerja otak cenderung memantik munculnya rasa cemas, khawatir, stress, dan marah.
Nah, penyelidikan menunjukkan bahwa proses penumbuhan keyakinan positif dalam pikiran kita akan berlangsung dengan optimal jika otak kita tengah berada pada kondisi Alpha (atau juga kondisi Theta). Dalam frekuensi inilah, kita bisa menginjeksikan energi positif dalam setiap jejak sel saraf kita secara mulus. Apabila kita merajut keyakinan positif dan visualisasi keberhasilan dalam kondisi alpha, maka rajutan itu benar-benar akan menembus alam bawah sadar kita. Pada gilirannya, hal ini akan memberikan pengaruh yang amat dahsyat pada pola perilaku kita ketika berproses menuju puncak keberhasilan yang diimpikan.
 
Bagaimana caranya agar kita bisa berada kondisi alpha?
 
Bagi Anda yang muslim, ada satu langkah yang mujarab : sholat tahajud di tengah keheningan malam (Jika Anda beragama Kristen, mungkin medianya adalah dengan melakukan “retreat”).
Begitulah, para kaum bijak bestari berkisah, dalam momen-momen kontemplatif ketika bersujud dihadapan Sang Illahi, selalu ada perasaan keheningan yang menggetarkan, perasaan khusyu’ yang sungguh menghanyutkan. Saya berpikir perasaan ini muncul karena saat itu kondisi otak kita sedang berada pada gelombang alpha. Dan percayalah, dalam momen itu, kita dengan mudah bisa memasukkan energi positif dan spirit keyakinan dalam segenap pikiran kita. Dalam momen inilah, dalam hamparan kepasrahan total pada Sang Pencipta dan rasa syukur yang terus mengalir, kita bisa merajut butir-butir keyakinan positif itu dalam segenap raga kita. Dalam segenap jiwa dan batin kita.
 
Maka mulai malam ini………………ditengah kesunyian malam, bentangkanlah sajadah di sudut rumah kita, basuhkan air wudhu, dan tegakkan sholat tahajud dengan penuh keikhlasan. Lalu, ditengah keheningan yang menentramkan, lantunkanlah harapan positif dan doa-doa itu dengan penuh keyakinan……
 
Mudah-mudahan kita semua bisa melangkah menuju pintu keberhasilan dan kebahagiaan. Di sini dan “Di sana”.